Laman

Hakikat Sujud dan Hikmahnya

0   comments

Jumat, 23/01/2015 17:00
Hakikat Sujud dan Hikmahnya
Sujud merupakan salah satu rukun dalam shalat yang tidak boleh ditinggalkan. Namun sujud juga tidak baik jika asal dikerjakan. Karena dalam sujud itu terdapat nilai-nilai kerohanian yang sangat dalam. Dengan meletakkan kepala di bawah dan menempelkan kening dan hidung di atas tanah, dua lutut, dan telapak tangan serta ujung-ujung jarinya. Sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah saw:

 اُمِرْتُ اَنْ اَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ اَعْظُمٍ: عَلَى الْجَبْهَةِ، وَاَشَارَبِيَدِهِ عَلَى اَنْفِهِ، والْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَاَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ

Aku disuruh bersujud pada tujuh tulang pada kening seraya menunjuk dengan tangannya kepada hidungnya-, dua tangan, dua lutut dan ujung-ujung kaku.

Keterangan tentang posisi fisik di atas hendaknya tidak haya dilaksanakan tetapi juga diresapi. Karena sesungguhnya rambu-rambu itu mengandung hikmah yang bila dilaksanakan dapat membantu seorang lebih khusyu’ dan ihlash dalam shalat. Jika demikian, wajar kalau Rasulullah saw kana menemani sahabatnya yang banyak bersujud

عن ربيعة بن كعب الأسلمى رضى الله عنه قال كنت أبيت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فأتيه بوضوئه وحاجته فقال سلنى فقلت  أسألك مرافقتك في الجنة. فقال : أوغير ذلك . قلت : هو ذاك . فقال أوغير ذلك . قلت : هو ذاك قال فأعني على نفسك بكثرة السجود

Dari Rabiah bin Ka’ab r.a, ia berkata: “Aku pernah bermalam bersama Rasulullah SAW kemudian aku membawa kepadanya air untuk beliau berwudhu dan buang hajat, lalu beliau bersabda: “Mintalah dariku”, aku berkata: “Aku meminta menjadi pendampingmu di syurga”, ia bersabda: “Mintalah selain itu”, aku berkata: “Aku hanya meminta menjadi pendampingmu di syurga”, Rasulullah SAW bersabda: “Mintalah selain itu”, aku berkata: “Itu permintaanku”, ia bersabda: “Bantulah aku mewujudkan permintaanmu dengan banyak engkau bersujud (shalat)”. HR. Muslim 1

Secara fisik kondisi sujud memang menunjukkan sebuah penghambaan total. Bagaimana posisi itu begitu sangat rendahnya. Namun dibalik kepasrahan dan kerendahan itu sesungguhnya Allah swt akan meninggikan derajatnya. Sebagaimana diterangkan

عن ثوبات رضى الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول عليك بكثرة السجود لله فإنك لا تسجد لله سجدة إلا رفعك الله بها درجة وحط عنك بها خطيئة قال معدان ثم لقيت أبا الدرداء فسألته فقال لي مثل ما قال لي ثوبان

Dari Tsauban r.a ia berkata: “Aku mendegar Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah bersujud sesungguhnya engkau tidak melakukan satu sujudpun karena Allah, melainkan Allah mengangkatkan engkau dengan sujud tersebut satu derajat dan Allah menghapuskan darimu satu kesalahan”. HR. Muslim

Dan yang paling hakiki dari sujud adalah merasakan kedekatan antara seorang hamba dan tuhannya. Pada saat sujud itu bisa dengan mudah seorang hamba menitikkan air mata, atau merasa intim dengan Allah swt. Begitu yang diajarkan Rasulullah saw dalam haditsnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ“أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ. فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ”

Hadits riwayat Abi Hurairah Radhiyallahu’anhu, Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Paling dekatnya seorang hamba dengan tuhannya ialah ketika dia bersujud. Maka perbanyaklah berdo’a”

Disadur Dari : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,57093-lang,id-c,ubudiyah-t,Hakikat+Sujud+dan+Hikmahnya-.phpx

Pakaian Hasil Laundry yang Suci untuk Shalat

0   comments

Senin, 26/01/2015 08:30
Pakaian Hasil Laundry yang Suci untuk Shalat
Assalamu'alaikum wr. wb. Segenap pengurus NU yang saya hormati, bagaimana status pakaian yang dicuci di laundry? Apakah pakaian tersebut suci dan boleh digunakan untuk shalat atau tidak suci dan tidak boleh digunakan untuk shalat?
Cara mencuci pakaian di laundry menggunakan air yang sedikit dan tidak mengalir, sehingga mungkin saja najis yang ada pada satu pakaian bisa menyebar ke pakaian yang lain. Bagaimana status mencuci pakaian di laundry ini, apakah suci atau tidak? Kami tunggujawabannya. Terima kasih atas perhatiannya. Wassalamualaikum wr.wb. (Dika Darojat)

Wa’aalaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh.
Saudara Dika Darojat yang mudah-mudahan selalu dalam naungan ridha dan kasih sayang Allah, Bisnis yang bergerak di bidang pelayanan jasa akhir-akhir ini cukup memikat hati masyarakat. Banyak diantara mereka yang berinvestasi dalam bidang jasa terutama dikota-kota besar tak terkecuali jasa laudry (pencucian baju). Fenomena ini tentunya cukup menggembirakan roda perekonomian bangsa kita yang sedang giat-giatnya mengembangkan sektor usaha kecil dan menengah bagi warganya.
Jasa pencucian baju (laundry) sebagaimana pertanyaan saudara Dika Darojat juga perlu mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Namun yang lebih penting dari itu adalah perhatian pelaku bisnis yang tidak lain adalah pengelola laundry atas kesucian dan kebersihan hasil cuciannya demi menjaga eksistensi dan kepercayaan pelanggan atas bisnis yang digelutinya.
Jadi yang perlu diperhatikan bukan sekedar rapi dan harum. Bersih dan suci, itulah dua standar yang selayaknya diterapkan dalam proses pembersihan dan penyucian dari tiap kotoran dan najis. Suci namun tidak bersih dimata manusia nampak kurang begitu dihargai, seperti pakaian yang lusuh namun suci. Sementara bersih saja tanpa unsur suci dalam pandangan syara’ juga tidak sah untuk melakukan ibadah-ibadah tertentu seperti shalat.
Saudara penanya yang kami hormati. Menanggapi pertanyaan dari saudara, kami perlu membuat perincian sebagai berikut: 1. Apabila pakaian yang dilaundry itu tidak ada yang najis atau terkena najis maka hasil cuciannya suci, tanpa perlu memperhatikan proses perendaman baju (kecuali apabila dalam proses perendaman ada benda najis atau terkena najis dari dalam mesin dan belum sempat dihilangkan serta disucikan).
2. Apabila pakaian/cucian terdapat najis atau terkena najis maka najis yang ada atau yang melekat harus dihilangkan terlebih dahulu, baru kemudian diadakan proses penyucian. Apabila diperlukan pemisahan antara pakaian yang terkena najis dengan yang tidak, maka hal itu juga sangat baik untuk dilakukan.
Dalam pandangan fiqih terutama madzhab Syafi’i, setelah ‘ainiyah (materi) najis hilang, proses berikutnya yakni penyucian baju atau pakaian yang terkena najis (mutanajjis) seperti pakaian harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya adalah adanya aliran air yang menembus dan mengalir ke setiap sisi bekas najis. Dalam kitab Fahul-Qarib dinyatakan:
ويشترط في غسل المتنجس ورودُ الماء عليه إن كان قليلا، فإن عكس لم يطهر. أما الماء الكثير فلا فرق بين كون المتنجس واردا أو مورودا
Artinya: Dalam mencuci benda yang terkena najis disyaratkan air mengalir pada benda tersebut (diguyurkan). Hal ini belaku pada air yang sedikit (volume airnya kurang dari +/200 liter), apabila sebaliknya (air ada terlebih dahulu kemudian benda( dalam hal ini pakaian) yang terkena najis dicelupkan ke dalamnya), maka belum dinyatakan suci. Jika air itu banyak, maka tidak disyaratkan aliran air pada benda (pakaian tersebut).
Persyaratan proses penyucian yang demikian, sekali lagi mengacu pada madzhab Syafi’i dan hal ini tentunya lebih mengedepankan kehati-hatian dalam memandang status suci tidaknya hasil cucian. Pendapat dari madzhab lain mungkin saja berbeda dengan yang kami kemukakan.
Saudara Dika yang kami muliakan. Intisari dari jawaban ini sebenarnya lebih mengarahkan agar para pengelola maupun pengguna mesin cuci lebih cermat dan teliti dalam mencuci pakaiannya. Guna lebih memastikan dan meyakinkan status kesucian pakaian yang dicuci, kami menyarankan agar dalam proses pembilasan terakhir sebelum pengeringan, diupayakan ada guyuran air yang mengaliri semua cucian baik melalui, kran, selang air (toler), gayung dan lain sebagainya. Beberapa mesin cuci yang dipakai laudry sekarang juga sudah langsung mengalirkan air bersih dari toler ke pakaian dan lalu ke pembuangan. Maka pastikan menggunakan jasa laundry yang terpercaya dan sesuai dengan kriteria yang telah dijelaskan di atas.
Mudah-mudahan jawaban ini dapat difahami dan diaplikasikan sebaik-baiknya. Amin. Wallahu a’lam. (Maftukhan)

Disadur Dari : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,59-id,57215-lang,id-c,bahtsul+masail-t,Pakaian+Hasil+Laundry+yang+Suci+untuk+Shalat-.phpx

Bolehkah Membawa HP Berisi Aplikasi Al-Qur’an ke Toilet?

0   comments


Selasa, 06/01/2015 05:01
Bolehkah Membawa HP Berisi Aplikasi Al-Qur’an ke Toilet?
السلام عليكم ورحمة الله وبركات. Pak ustadz. Ada satu hal yang mengganjal di hati saya, apa hukum menyimpan aplikasi al-Qur’an di hp mengingat hp adalah barang yang selalu saya bawa kemana-mana bahkan ke kamar kecil. Apakah saya berdosa...Terima kasih atas jawabannya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
(Trisa, Sidoarjo)

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Penanya yang budiman, Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT  yang merupakan mu’jizat bagi Nabi Muhammad SAW, ditulis dalam mushhaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah. Begitu defenisi Al-Qur’an  menurut Dr. Subhi Sholih.
Sebagai kitab suci, terdapat beberapa aturan untuk menyimpan dan memegangnya. Di antaranya, diri kita harus dalam keadaan suci dari hadats jika hendak memegang Al-Qur’an. Kemudian, Al-Qur’an  harus diletakkan di tempat yang layak sebagai bentuk pemuliaan terhadapnya. Oleh karena itu Ulama melarang membawa Al-Qur’an  dibawa ke dalam toilet. Ibn Hajar Al-Haitami dalam kitab Mughnil Muhtaj hal. 155 mengutip pendapat Imam Al-Adzra’i ;
قَالَ الْأَذْرَعِيُّ: وَالْمُتَّجِهُ تَحْرِيمُ إدْخَالِ الْمُصْحَفِ وَنَحْوِهِ الْخَلَاءَ مِنْ غَيْرِ ضَرُورَةٍ إجْلَالًا لَهُ وَتَكْرِيمًا
Artinya : Imam Al-Adzra’i berkata : pendapat yang tepat adalah haram membawa Mushhaf dan semisalnya ke dalam toilet tanpa dhorurot. Ini dilakukan sebagai wujud pengagungan dan pemuliaan terhadap Mushhaf.
Di sini perlu diperjelas tentang Mushhaf yang dimaksud dalam kutipan di atas. Imam Nawawi Banten mengatakan tentang batasan Mushhaf ; Yang dimaksud dengan Mushhaf adalah setiap benda yang di sana terdapat sebagian tulisan dari Al-Qur’an yang digunakan untuk dirosah (belajar) seperti kertas, kain, plastik, papan, tiang, tembok dan sebagainya.(lihat Nihayatuz Zain hal. 32).
Masalahnya kemudian, sekarang banyak Software Al-Qur’an  yang terdapat dalam PC, laptop dan Handphone/Smartphone yang bisa kita baca dan juga bisa kita gunakan untuk belajar. Apakah Software tersebut dihukumi seperti Mushhaf dan bagaimana hukum membawanya ke dalam toilet? Dalam hal ini, ulama kontemporer menjawab pertanyaan tersebut sebagaimana yang terdapat dalam fatwa-fatwa kontemporer yang dikompilasikan dalam kitab Mauqi’ul Islam, Sual wa jawab hal. 53 ;
ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﻮﺍﻻﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﻭﺿﻊ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻛﺘﺎﺑﺔ ﺃﻭ ﺗﺴﺠﻴﻼ، ﻻ ﺗﺄﺧﺬ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ، ﻓﻴﺠﻮﺯ ﻟﻤﺴﻬﺎ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻃﻬﺎﺭﺓ، ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺩﺧﻮﻝ ﺍﻟﺨﻼﺀ ﺑﻬﺎ، ﻭﺫﻟﻚ ﻷﻥ ﻛﺘﺎﺑﺔ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻮﺍﻝ ﻟﻴﺲ ﻛﻜﺘﺎﺑﺘﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺼﺎﺣﻒ، ﻓﻬﻲ ﺫﺑﺬﺑﺎﺕ ﺗﻌﺮﺽ ﺛﻢ ﺗﺰﻭﻝ ﻭﻟﻴﺴﺖ ﺣﺮﻭﻓﺎ ﺛﺎﺑﺘﺔ، ﻭﺍﻟﺠﻮﺍﻝ ﻣﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻏﻴﺮﻩ
Artinya: Handphone atau Smartphone yang di dalamnya terdapat Al-Qur’an  baik yang tampak sebagai tulisan atau berupa audio tidak dihukumi sebagai mushhaf. Oleh karena itu boleh memegangnya dalam keadaan hadats dan juga boleh membawanya ke dalam toilet. Ini disebabkan tulisan Al-Qur’an  yang tampak di HP/Smartphone tidak seperti tulisan dalam Mushhaf, tulisan tersebut adalah getaran listrik atau pancaran sinar yang bisa nampak dan bisa hilang serta bukan merupakan huruf yang tetap. Lebih dari itu, dalam HP/Smartphone terdapat banyak program atau data selain Al-Qur’an.
Penanya yang dirahmati Allah, dari penjelasan di atas bisa dilihat bahwa membawa HP yang di dalamnya terdapat software Al-Qur’an hukumnya BOLEH. Akan tetapi kita harus menghormati Al-Qur’an  sebisa mungkin dengan tidak membuka software Al-Qur’an  ketika di dalam toilet.
Demikian jawaban dari kami, mudah-mudahan jawaban ini memberi manfaat bagi kita semua. Semoga kita senantiasa diberi taufiq dan hidayah oleh Allah SWT. untuk selalu membaca Al-Qur’an  dan semoga Allah SWT menjadikan Al-Qur’an  sebagai petunjuk, rahmat dan cahaya bagi kita. Aamiin…
والله الموفق إلى أقوم الطريق
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ihya’ Ulumuddin

 Disadur Dari : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,59-id,56821-lang,id-c,bahtsul+masail-t,Bolehkah+Membawa+HP+Berisi+Aplikasi+Al+Qur%E2%80%99an+ke+Toilet+-.phpx

Amalan Mujarab Lancarkan Rezeki ala Rasulullah SAW

0   comments

Senin, 26/01/2015 18:02
Amalan Mujarab Lancarkan Rezeki ala Rasulullah SAW

Pada prinsipnya, zikir sangat dianjurkan pada saat apa saja dan dengan lafazh apa saja. Tidak peduli panas, hujan, mendung, atau terik, zikir tetap disarankan. Tidak ada ketentuan bahwa zikir mesti diperbanyak saat saluran rezeki tersumbat atau kredit macet. Demikian juga di waktu senang. Singkatnya lidah tidak boleh kering dari zikir di mana saja dan kapan saja.

Tetapi memang ada kalanya Rasulullah SAW menganjurkan para sahabat untuk melazimkan suatu amal. Sementara Rasulullah SAW sendiri menyebutkan buah dari amal tersebut atau tidak menyebutkannya sama sekali.

Berikut ini merupakan amalan yang dianjurkan Rasul SAW kepada sejumlah sahabatnya dengan faidah melonggarkan saluran-saluran rezeki. Demikian disebutkan Abu Bakar bin Sayid M Syatho Dimyathi dalam karyanya Hasyiyah I‘anatut Thalibin ala Fathil Mu‘in.

وردت عن النبي صلى الله عليه وسلم في أحاديث صحيحة كثيرة، أمر بها بعض أصحابه لتوسعة الرزق، وقال بعض العارفين: وهي مجربة لبسط الرزق الظاهر والباطن، وهي هذه: لا إله إلا الله الملك الحق المبين، كل يوم مئة مرة. سبحان الله وبحمده، سبحان الله العظيم، أستغفر الله، كل يوم مئة مرة. واستحسن كثير من الأشياخ أن تكون بين سنة الصبح والفريضة، فإن فاتت في ذلك فبعد صلاة الصبح وقبل طلوع الشمس، وإن فاتت في ذلك فعند الزوال. فلا ينبغي للعبد أن يخلي يومه عنها. 

Tersebut dalam banyak hadits sahih sebuah riwayat di mana Nabi Muhammad SAW memerintahkan sejumlah sahabatnya untuk mengamalkan bacaan ini demi memperlapang rezeki. Sebagian ‘arifin mengatakan, amalan ini teruji dalam melapangkan rezeki lahir maupun batin. Bacaan yang dimaksud ialah “La ilaha illallah. Almalikul haqqul mubin” setiap hari 100 kali. “Subhanallahi wa bihamdih, subhanallahil adzim, astaghfirullahal adzim” setiap hari 100 kali. Banyak guru besar menganggap baik melazimkan bacaan ini saat di antara sembahyang sunah Subuh dan sembahyang Subuh. Kalau kesempatan itu luput, maka bacalah setelah Subuh hingga sebelum fajar menyingsing. Bila di waktu itu luput juga, maka bacalah setelah matahari gelincir (penanda Zhuhur). Singkatnya, kalau bisa jangan sampai setiap orang mengarungi hari-harinya tanpa bacaan ini.

Rezeki yang dimaksud di atas mencakup rezeki lahir maupun batin. Artinya, tidak ada salahnya kalau bacaan ini diamalkan oleh para murid yang cenderung bebal menerima pelajaran atau mereka yang sulit mengubah kebiasaan buruk menjadi baik. Yang jelas, amalan ini menambah pahala yang bersangkutan.

La ilaha illallah. Almalikul haqqul mubin. Muhammadur Rasulullah Ash-shadiqul Wa‘dil Amin” merupakan kalimat yang tertera di pintu Ka‘bah. Siapa membacanya, akan mendapat pahala yang besar. Demikian keterangan Mufti Jakarta Habib Utsman bin Yahya dalam karyanya "Kitab Sifat Dua Puluh" dengan bahasa Arab Melayu. Wallahu A ‘lam. (Alhafiz K)

Disadur Dari : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,57231-lang,id-c,ubudiyah-t,Amalan+Mujarab+Lancarkan+Rezeki+ala+Rasulullah+SAW-.phpx

Biografi Habib Syekh AA

0   comments

    Jadwalnya sangat padat. Hampir setiap malam, menggemakan shalawat dari kota ke kota. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei bahkan Hongkong. Setiap kali Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf tampil dengan lantunan shalawatnya, ribuan bahkan puluhan ribu jamaah hadir. Tak terkecuali para “penggemar”nya yang menamakan diri Syekhermania.

    Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm. Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami’ Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya. Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout. Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosull yang diawali dari Kota Solo. Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosullnya, tanpa di sadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama’ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosull SAW dalam kehidupan ini.


    Ahbabul Musthofaadalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosull SAW, berdiri sekitar Tahun1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .

    Siapakah tokoh yang menginspirasi Habib Syech dalam berdakwah?
Sebenarnya banyak tokoh yang membuat saya untuk giat berdakwah. Namun jika boleh mengatakan, tokoh yang paling menginspirasi adalah ayah saya sendiri (Habib Abdul Qadir Assegaf). Beliau adalah guru utama saya. Beliaulah yang telah mencetak saya hingga bisa seperti ini.

    Saya tidak pernah bermukim di sebuah pondok, karena pondok saya adalah ayah saya sendiri. Pondok saya adalah majelis atau masjid –tepatnya- di Masjid Assegaf, Wiropaten, Pasar Kliwon, Solo, dimana ayah menjadi imam. Setiap selesai Maghrib sampai menjelang jamaah Isya’, ayah selalu mengajak saya untuk mengikuti halaqah keilmuan, belajar al-Qur’an, membaca aurad (wirid-wirid) yang selalu menjadi keistiqamahan beliau. Di Masjid Assegaf itu pula, saya ikut berkhidmah membersihkan masjid seperti menyapu atau mengepel. Dan itu saya lakukan sejak duduk di bangku SD.

    Sejak kecil, Allah mengaruniai saya “suara”. Dan ayah senang sekali dengan suara saya. Lantas, beliau menyuruh untuk selalu mengumandangkan adzan dan iqamah setiap kali mau melaksanakan shalat berjamaah. Kadang juga beliau menyuruh saya untuk menjadi bilal khutbah Jumat.
habib syech web2
    PENUH BERKAH: Habib Syech bersama jam’iyah shalawat Ahbabul Musthafa
Ayah saya bukanlah orang yang masyhur, tapi beliau sangat khusyuk dan cinta mati dengan masjid. Apapun sakitnya, bagaimanapun kondisinya, selagi masih bisa berdiri maka beliau tetap mengimami. “Masjid adalah istriku yang pertama,” itulah yang diujarkan sang ayah dalam menunjukkan kecintaan beliau pada masjid. Hingga akhirnya, Allah memberi hadiah dengan mengambil nyawanya saat sujud dalam shalat Jumat terakhir. Saat itu beliau juga menjadi imam.

    Ayah inilah inspirator bagi saya. Sosok yang tidak dikenal dan mengenal siapa-siapa, hanya para fakir dan miskin. Bagi beliau, kaya atau miskin, tua atau muda, laki atau perempuan hakikatnya mempunyai kedudukan yang sama. Riwayat hidupnya –masyaAllah- luar biasa (melarat) menurut saya. Namun sungguh nikmat menurut beliau. Sesuai dengan dawuh bahwa semua yang dihadirkan oleh Allah di bumi ini akan menjadi nikmat selama kita arahkan kepada Allah. Lain halnya jika semuanya kita arahkan kepada dunia.

    Adakah tokoh lain yang mejadi inspirator Habib Syech dalam berdakwah, selain sang ayah?
Tokoh lain tentu saja ibu saya. Sadar, bahwa saya bukan orang pandai, bukan seorang alim, tapi beliaulah yang selalu memotivasi hingga diri ini mempunyai keinginan yang kuat dalam berdakwah.

    Selanjutnya, ada nama Habib Anis Solo. Beliau ibarat rumah baru bagi saya. Sosok satu ini dikenal sebagai ahli dzauq (rasa) sekaligus guru dalam akhlak, tidak ada duanya.

    Dalam satu mimpi, sewaktu ta’ziyah ke adik ipar di Madiun, saya diperintah ayah untuk mengumandangkan iqamah untuk salat Ashar. Hadir juga disitu Habib Anis. Ayah berkata: “Wahai Anis, masuklah kamu jadi imam dan saya menjadi makmum.”

Mimpi tersebut, menurut saya, adalah isyarat agar mengikuti (belajar) ke majelis Habib Anis di masjid Riyadh, Solo. Karena disaat itu pula saya merasa kebingungan setelah kehilangan sosok panutan (sang ayah) sewaktu saya berada di Arab Saudi.

Bersama Ustadz Najib bin Thoha, saya menghadiri majelis beliau setiap siang sekitar pukul 11 sampai setengah satu siang di Masjid Riyadh. Ustadz Najib inilah yang juga ikut berperan mengajak saya belajar ke Habib Anis.

Satu lagi figur yang telah berjasa dalam melatih mental saya adalah Habib Ahmad bin Abdurrahman, paman saya dari Hadramaut. Pendidikan yang telah diberikan kepada saya sungguh luar biasa. Hampir setiap saat saya dicaci, disalahkan, selalu disalahkan meski saya tidak salah. Saya juga tidak tahu mengapa beliau menyalahkan saya, hampir saya tidak kuat menerima.

Setelah kedatangan paman ke indoneisa untuk kesekian kalinya, saya baru menyadari bahwa cacian, hinaan, tekanan dari sang paman adalah sebuah pembelajaran agar saya menjadi orang yang kuat, tahan terhadap berbagai cacian, hinaan, umpatan dan seterusnya. Hal itu terungkap setelah saya menghubungi salah satu teman yang mendampingi kedatangan beliau ke Indonesia. Teman tersebut mengatakan bahwa Habib Ahmad bin Abdurrahman adalah orang yang cinta dan kagum dengan pribadi saya.

Bagaimana proses hingga Habib Syech sekarang menjadi masyhur dengan dakwah menggunakanshalawat?
Sebenarnya saya sejak kecil sudah suka dengan shalawat. Hanya saja tidak ada yang kenal dan mau dengar suara saya. Kecuali hanya ayah. Jika ada tamu datang ke rumah, ayah akan memanggil saya untuk membaca shalawat dan qashidah. Hanya dua lagu saja yang saya baca, siapapun tamu yang datang.

Kemudian, sewaktu ke Indonesia, Habib Ahmad bin Abdurrahman (paman) mengatakan: “Kamu itu punya “suara”, Shimt ad-Durar ini antum baca dan istiqamahkan, jangan hanya mengandalkan ceramah, nanti kamu akan didatangi banyak orang.”

Setelah Shimt ad-Durar saya baca terus, alhamdulillah mulailah berduyun-duyun jamaah mendatangi majelis ta’lim dan shalawat saya. Kebetulan juga saya sedikit bisa dan mau mempelajari bahasa Jawa sehingga hal ini memudahkan penyampaian di depan jamaah yang notabenenya adalah ahli Jawa.

Lambat laun, muncul sebuah inisiatif bahwa untuk menarik simpati masyarakat, ada baiknya shalawat ini dikolaborasikan dengan lagu-lagu atau syair-syair Jawa. Seperti yang pernah dilakukan oleh Wali Songo. Semua orang jadi merasa heran, ada orang Arab yang mahir dalam bertutur Jawa, bisa lagu lir-ilir, ling-iling siro manungso.

Padahal saya ini asli kelahiran Solo. Hanya saja –mungkin- wajah yang mirip orang Arab karena ayah juga asli Arab. Ibu sendiri juga kelahiran solo.

Ketika disebut nama Habib Syech, maka yang muncul adalah “shalawat” bukan “dakwah”. Bagaimana pandangan habib tengang hal ini?
Ada beberapa model dakwah yang dinilai pas -menurut si da’i- tapi kurang diterima oleh semua elemen. Nah, saya tidak demikian. Shalawat ini terus saya tekuni dan saya kembangkan dengan berbagai aransemen ulang dan kolaborasi syair-syair Jawa agar semua golongan bisa menerima.

Sebetulnya, tidak ada juga istilah dakwah dengan shalawat. Karena shalawat sendiri mengadung dakwah.
Dalam satu shalawat ada kalimat: ‘ala bidzikrillahi tathmainu al-qulub, berarti shalawat ini mengajak kita untuk selalu mengingat Allah. Ada lagi shalawat karya Kiai Idris Lirboyo yang mengandung do’a kepada diri, orang tua dan para guru. Nah, di jamiyyah saya sendiri, model shalawat kita buat dengan sisipan bait-bait Jawa agar semua orang mudah menerima dan mengingat seperti sepeti Padhang Bulan, Shalli wa Sallim, Hayat ar-Rasul, lagu yang dikenal dengan lagunya Gus Dur, dan sebagainya. Ada juga syair tentang Nahdlatul Ulama (NU), supaya mereka paham dengan NU. Ironis tentunya jika mengaku orang NU tapi tidak paham apa itu syuriah? Apa itu tanfidziyah?

Kita selingi juga dengan taushiyah para habib atau kiai yang hadir agar porsinya seimbang. Memang benar, ketika saya tampil seolah yang dominan adalah shalawatan. Sehingga saya berinisiatif untuk memberi dan mempersilakan habaib atau kiai untuk memberikan taushiyah di tengah acara agar tidak buyar.

Andaikan mereka pulang dulu, maka kita tidak bisa menyalahkan mereka (jamaah yang hadir) karena maunya seperti itu. Paling tidak untuk saat itu mereka menjadi orang “waras” karena mau bershalawat.

Apakah kaum muda menjadi target khusus dalam dakwah Habib sampai kerap melantunkan syair mengingatkan anak muda?
Semua kalangan menjadi target dakwah kami. Dan syair yang Anda maksud sebenarnya adalah sentuhan kepada mereka (pemuda) agar mereka sadar. Lagu tersebut sebenarnya campur-campur. Asal-muasalnya adalah shalawata dari Mbah Kyai Musthofa, Tuban.

Bagaimana dengan Syekhermania?
Sebenarnya Syekher ini terbentuk secara alami. Saya coba untuk mencegah namun tak kuasa sehingga terbentuklah suatu komunitas. Saya hanya berpesan kepada mereka: “Kedepankanlah akhlak, kalau lagi bershalawat maka niatkan membuat gembira Nabi Muhammad, silakan gembira dengan cara bagaimanapun namun jangan terlalu over. Namun, dalam setiap kali bershalawat ada saja yang berjoget dan berdandan aneh.

Saya pun pasrah. Saya pikir di saat itu mereka berada dalam wadah rahmat. Siapa tahu, di saat seperti itu rahmat Allah turun. Bak kisah kisah Nabi Muhammad ketika bersandar di rumah Yahudi. Jibril berkata: “Wahai Muhammad, di dalam rumah itu adalah adalah Yahudi yang membeci kamu. Ia adalah orang yang  tidak ingin melihat wajahmu.” Setelah beberapa langkah Nabi menyingkir, Jibril berkata: “Kembalilah Muhammad karena dia telah mendapat rahmat Allah karena bekas tempat dudukmu.

Nah, siapa tahu dengan sekian ribu umat yang bershalawat, yakinlah bahwa hadir juga didalamnya waliyullah, yang dengan doanya Allah mengampuni kita. Saya khusnuddzon saja, dengan terus mengingatkan mereka tentunya.

Disadur Dari : http://syekhermania.or.id/biografi-habib-syekh-aa/

Dimuat Ulang dari :
Majalahlangitan.com : http://majalahlangitan.com/habib-syech-bin-abdul-qodir-assegaf-solo-bermula-dari-shimt-ad-durar/
Blog Ahbaabulmusthofasolo : http://ahbabulmusthofasolo.blogspot.com/